Day 1 : 8 Nov 2013
Adalah perjalanan backpacking pertama sendirian (dan dijebak sebetulnya, hehe!). Adalah seorang teman dekat menghadiahkan kado ulang tahun berupa tiket pulang-pergi Bandung-Singapore-Bandung include backpacker hotel di Singapura (he’s too kind!). Janjinya, dia akan pergi bersama..
Di hari-hari menjelang keberangkatan, berdalih pekerjaan di kantornya, dia tidak dapat ikut serta. Belakangan akhirnya tau, bahwa dia menyadari saya begitu menginginkan backpacking sendiri, namun tidak berani untuk memulai. Terjebaklah oleh akal bulusnya! hehe.
Untuk menghibur saya yang berang seketika, dia menyengajakan dirinya terbang dari luar pulau untuk melepas pengalaman saya berangkat backpacking sendiri itu. Such a good friend ya! Kami sampai di Bandara Hussein Bandung jam 9.00, dan flight masih 3 jam kemudian. Kami menunggu di vip lounge Bandara, all you can eat breakfast @75.000/orang, yeay! Sembari melihat ke arah landasan pesawat; minum teh panas, minum fruit smoothie, makan jagung rebus, pasta, coklat, dan entah apa lagi! Full like a bull!
Sedang asik makan tiba-tiba ada panggilan untuk saya segera melakukan checkin pesawat..bismillah.. (sebelumnya di rumah saya membuat 2 kotak nasi goreng dari rumah, 1 kotak saya berikan padanya, 1 kotak saya bawa terbang ke Singapura)..
Sampai di Bandara Changi 14.45, nervous! Abis ini mau ngapain?! Ini bandara gede banget, katanya salah satu bandara paling ramai (dan salah satu layanan paling bagus di dunia!). Mengisi formulir tinggal sementara (copy dokumen tersebut jangan hilang, simpan di tempat penting, karena akan diminta kembali ketika pulang dari Singapura), yang fungsinya sebagai bukti izin tinggal/bervakansi sementara di Singapura. Jam 05.00 pm nanti ada jadwal bertemu cod tiket wahana wisata sama timnya Mba Fransisca. Nemu threadnya Mba Sisca mengenai tiket wahana wisata melalui thread Kaskus di sini : http://kask.us/gV0yG Enak banget kerjasama dengan Mba Fransisca ini, helpful banget dan bahkan sampai kasih rekomendasi buat ittinerary biar waktu selama di sana bisa efektif banget.
Sambil nunggu waktu buat cod, dan belum tau dari Changi itu mesti gimana buat sampai ke St.Orchad, akhirnya explor dulu Bandara Changi sembari cari mushala. Usahakan ambil beberapa brosur/buku panduan wisata Singapura yang tersedia di sekeliling bandara. Ada banyak banget taman tematik di bandara Changi (Sun Flower Garden, Taman Biota Laut, Home Theatre, Bioskop, Kursi yang dapat memijat, dsb dan semua itu free!), tapi karena cuma punya waktu 2 jam dan mesti ada waktu buat belajar MRT, akhirnya hanya mengunjungi taman-taman yang dilewati sebelum menuju St. Changi.
Refill dulu deposit Ez-link (kartu Ezlinknya minjem temen aja guys, biar irit! Hehe) 15SGD (kayanya cukup kalau buat mrt aja! Waktu itu kurs SGD cuma 7ribuan rupiah). Dan setelah refill Ezlink, welcome to the real super fast transportation! Bingung banget mesti gimana belajarnya. Dan dimulailah mempelajari garis-garis rute-rute merah-kuning-hijau-biru dan intersection. Agak mengerti sedikit setelah 30 menitan belajar. Jadi sedikit faham, untuk menuju Orchad mesti naik kemana (lupa rutenya, liat aja sendiri petanya). Yang jelas, setelah berhasil bertanya dan ditemani mas-mas oriental yang mau ketemuan sama pacarnya, akhirnya berhasil sampai di St. Orchad. 1 jam perjalanan, 2 kali intersection, yang ternyata mesti turun naik tangganya entah berapa kali macam di mall untuk mencapai stasiun-stasiun intersection itu.
Dan.. laper melanda! Maan.. sekeliling stasiun MRT include di dalam keretanya itu kan ga boleh makan sama sekali ya, dan ini itu udh lewat jauh dari jam makan siang, dan bahkan hampir sampai di jam makan malem. (notes, baru tau, kalau di lantai paling bawah tiap stasiun MRT itu ternyata surga makanan, banyak foodcourtnya, jadi kalau laper tinggal kesana.) Sepanjang perjalanan Changi-Orchad dibuat bingung, orang-orang Singapura pada makannya dimana ya pada ga laper apa?!
Janjian di St.Orchad jam 05.00 pm, dan jam 4.15 pm udh di St.Orchad. Daripada bingung mau ngapain, akhirnya belajar mrt lagi! Lapar membuat aliran oksigen ke otak jadi agak susah, jadinya cepat lupa, hehe. Akhirnya datanglah Mas Johny, whatsappan (dan wifi St. Orchad itu lambat banget), akhirnya sms yang mahal ampun! Yang penting tiket udah di tangan. Saya pesan: (detail wahana nanti yaaa.. :D)
1 Singapore River Cruise adult @S$11, 1 Singapore Flyer nonpeak (before 6pm) adult @S$21, 1 XD theater adult @S$12 , 2 Song of the Sea 2nd show on 09/11 @S$8.50 : Total S$52,5.
Selesai cod, bersiap lagi masuk ke kereta menuju Clarke Quay tempat hostel saya berada. Tidak terlalu jauh sih dari St. Orchad ke St. Clarke Quay itu, cuma tetap saja naik turun tangga dalam keadaan laper (tapi tetep mesti terlihat kece) itu penuh perjuangan banget! 😀 Dan ketika check out dari mrt St. Clarke Quay, teng-tong, kena fine 2SGD karena kelamaan berada di Stasiun MRT tanpa checkout katanya.. hehe..Fine itu sebetulnya untuk menghindari para penumpang yang modus cari tempat buat tidur di mrt dan menghindari terjadi penumpukan penumpang. Tapi karena Ibu petugasnya baik, akhirnya malah ngobrol cari jalan cepat buat keluar ke arah Clarke Quay.
Dan ketika menemukan wayout, ternyata way outnya itu dari dalam The Central Building. Keluar dari gedung itu rasanya menghirup udara segar, dan ternyata udah gelap banget, which is itu pasti udah lewat magrib. Bingung lagi mau ngapain, akhirnya buka peta buat cari jalan menuju penginapan Woke Home Capsule Hostel di area itu. Sedang kebingungan gitu, tiba-tiba ada mas-mas baik menghampiri dan menanyakan apa saya perlu bantuan. Dan ternyata itu beneran mas-mas loh, dari Jawa Tengah, namanya Hadi! 😀 akhirnya berjalanlah berdampingan (haha!) dengan Mas Hadi itu menuju Woke Home Capsule Hostel, dan baik mas Hadinya, ngga kurang ajar. Saying goodbyenya juga baik-baik, di bawah gedung Woke Home Capsule Hostel.
Woke Capsule Hotel itu berada di Ruko no 61 di South Bridge Road, accesssible banget sebenernya. Lupa di lantai berapa, kalau ngga salah Woke Home Capsule Hostel itu memakai 2 lantai dari ruko 61 itu (lantai 2 untuk campuran, lantai 3 khusus ladies). Lalu checkin, dan mulai ada hal aneh yang menyebalkan. Tapi bukan backpacking namanya kalau ngga menemukan pengalaman itu.
Tiba-tiba stafnya ngasih tau kalau kamar buat saya ngga available karena bocor sehabis hujan, dan akhirnya saya mesti dipindah ke Blissfull Loft (which is itu kondisinya agak lebih ngga nyaman dibanding Woke Home). Blissful Loft cuma berjarak sekitar 50meter dari Woke Home, tapi rukonya lebih terlihat spooky dan sepi. Yang paling membuat ngga nyaman di Blissful Loft itu sebenernya ruangan khusus ladies dan ruangan campuran itu cuma dikasih sekat hordeng doang! Masuk ke ruangan kamar saya mesti melewati dulu barisan ranjang campuran cowo-cewe turis yang lagi pada tidur dan aduh itu ada mas-mas rambut pirang yang bobo ga pakai baju atasan, di ranjang susun seberangnya mba-mba lagi bobo juga sambil peluk carrier!
Masuk ke kamar ladies dan menempati ranjang sesuai nomor yang dikasih staff tadi, bingung melihat sekeliling. Membayangkan di Woke Home pasti akan safety banget dan privacy banget karena tertutup capsulenya, sedangan di Blisfull itu adalah deretan ranjang susun yang open space, jika gorden dibuka oleh cowo.. habislah sudah!
Mulai unpack dan mandi. Baru hari pertama, sudah rindu rumah. Apa pasal? Adalah karena menyadari bahwa semua toilet yang saya temui di Singapura tidak disediakan air untuk membersihkan, tapi pakai tissue! Dan saya sangat merasa tidak nyaman. Ditambah dengan kenyataan bahwa membeli air mineral untuk membersihkan diri di toilet itu akan sangat mahal sekali man! Alternatif? Jika di hostel masih mending, bisa menadah air di bathroom, lalu dibawa ke toilet, tapi jika di toilet umum? Damn. Akhirnya lifehacknya, membasahi tissue dengan air, dan tissue basah itulah yang dipakai untuk membersihkan. sedikit lebih baik.
Calming down sejenak di public space Blissful sambil makan sedikit nasi goreng yang dibawa dari rumah tadi pagi. Agendanya malam itu akan menuju ke pengajian Muharram di East Coast. Salah satu yang membuat keukeuh ke Singapore meskipun sendiri adalah Pengajian itu. Ada ulama favorit saya asal Iraq (Sayyid Hadi Qazwini) yang akan mengisi kajian Muharram yang diadakan salah satu komunitas di East Coast. Tadinya mau minta tolong bantuan teman saya disana untuk berangkat bersama, ternyata tidak memungkinkan karena faktor keluarganya. Akhirnya berfikir keras bagaimana menuju kesana.
Bertanyalah sejenak ke staff Blissful mengenai rute ke East Coast. Dan maaan, ternyata itu jauh sekali dari tempat saya berada ini. Perjalanan dengan taxi (tanpa macet) bisa 2 jam, dan biaya taxinya akan menghabiskan seluruh dari bekal saya! 😀 akhirnya merelakan pengajian itu, dan rasanya hancur, merasa putus asa karena tersesat padahal tidak tersesat.
…merasa sepi…
<bersambung ke part 2>