Menyapa Kembali

Masih ada yang menulis blog dan membaca blog di wordpress kah? Atau sudah pada berpindah ke medium? Statistik menurun tajam ya, artinya nampaknya blog sudah mulai ditinggalkan. Tapi rasanya tidak rela meninggalkan halaman rumah kedua saya ini. Mari kita beres-beres.

Beberapa waktu lalu login lagi ke blog ini dan iseng-iseng merubah theme/tampilan halaman dari blog ini. Mencoba berbagai theme, tapi ga ada yang cocok dengan saya, dan ketika mau kembali ke tampilan sebelumnya, saya lupa nama penyedia theme-nya. Diubek-ubek di dashboard tetap tidak ketemu, haha. Ngubek-ngubek dashboard lagi untuk cari theme yang mungkin saya suka, ada yang saya suka! Eh tapi ko ketika mau atur-atur widgetnya, saya gagap banget! 😀

Dulu padahal urusan atur widget demi tampilan penuh pencitraan bisa sat set sat set lancar. Pengaruh usia, hehehe. Besok-besok lagi deh atur-aturnya. Sekarang fokus di menumbuhkan kebiasaan menulis lagi dulu. Kata salah seorang creative speaker, setidaknya kita itu perlu satu wadah untuk menuangkan fikiran, sehingga semua tidak hanya tertinggal dan berlalu di fikiran. Ya apalagi otak saya kapasitasnya semakin berkurang. Mari menulis lagi!

Tapi dengan keinginan menulis lagi ini, saya jadi kefikiran..Menentukan batasan untuk diri sendiri yang boleh dan tidak boleh dituliskan bagaimana ya?

Nomadic Heart

Pernah bertanya pada diri sendiri, di tengah malam ketika tangan sibuk memilah barang apa saja yang akan disertakan untuk perjalanan beberapa hari ke depan.

“kenapa harus melakukan perjalanan-perjalanan ini sendiri? sampai kapan akan demikian?”

go ahead.

karena ternyata, kadangkala teman perjalanan terbaik bukanlah melulu yang bersamamu merangkai setiap rencana perjalanan, menyiapkan perlengkapan bersama, dan mengukur jarak bersama.

Teman perjalanan yang terbaik kadangkala adalah senyum sapa penjual sarapan pagi di kota barumu selagi kamu masih belum juga mandi, mereka yang menceritakan kotanya dengan penuh bangga di balik kemudi, mereka yang membuka bekal perjalanannya denganmu untuk berbagi, rintik hujan pagi hari di tepi candi, hembus angin di balik dedaunan, doa para terkasih dari kejauhan… dan… rasa rindu yang menarikmu  untuk segera pulang.

setiap perjalanan mengajarkamu kemana seharusnya kamu kembali.

(rindu yang hebat untuk teman-teman perjalananku : bunga-bunga aneka warna mencolok yang tengah bermekaran di Gardens By The Bay, melihat kerlip cahaya Singapura malam dari 800 meter ketinggian, senyum tanpa gigi seorang Ibu yang memakai kebaya sepulang dari pasar di angkutan menuju Ullen Sentalu, semilir angin di Taman Sari, buah kersen dari tangan pengemudi di Kediri, sepasang tangan yang kasar namun begitu penuh kehati-hatian menyentuh kitab Jawi di Gua Maria Kediri, rona-rona merah di Blitar, bulan sempurna berkeliling bintang dipandang sembari terlentang di atas hamparan pasir pantai Untung Jawa,  kabut pagi di Bromo, suara rel kereta yang bertabrakan dengan roda besinya tak sejalang dengan hatimu yang sepi,  suara para peziarah bersahutan melantunkan doa dan pujian di tepi astana para pemimpin pesantren di Jombang, hujan di Trowulan, bunga kamboja menjatuhkan diri di dinding candi-candi Majapahit, senyapnya makam pendita di Bayat dalam lantunan doa  di hati para pemuja, satu langkah kaki peziarah Gua Maria Bayat yang memunguti setiap helai daun yang dilaluinya, mengamati setiap bahagianya perjumpaan dan beratnya perpisahan di kursi tunggu Stasiun Kutoarjo,  dan… degup hati ketika akhirnya sampai di sebuah kota yang sangat enggan kau datangi namun tak jua kau beranjak darinya demi sebuah pembuktian bahwa hatimu begitu kuat untuk merelakan semuanya benar-benar berakhir..)

perjalanan tak ubahnya sebuah ziarah panjang para penempuh perjalanan di dunia, sebuah perjalanan spiritualitas yang mengungkapkan fakta bahwa banyak hati yang sepi, hati yang patah, hati yang berprasangka, hati yang bersukaria, yang masing-masing seperti ingin saling mencari dan melengkapi. Menjelajahi setiap hati dari para penempuh perjalanan di dunia, termasuk dirinya sendiri.

.. berhentilah menandai peta, biarkan hatimu yang memandu ..

– teman perjalanan (nomadic heart)

semakin sering kamu melakukan perjalanan, kamu akan menyadari betapa hatimu bukannya sulit untuk dimiliki, namun hatimu tertinggal di setiap tempat yang telah kamu kunjungi, serpihannya tercecer di setiap sudut tempat-tempat itu..

nomadic heart.

p.s : no pictures are enough to describe how i miss my traveling.

Have I found You?

img03025-20121112-1705

 

Buah naga yang hanya separuh ini mengungukan sepanci es campur. Tanpa rekayasa.

Banyak orang yang diam-diam mewarnai hidup kita. Pilihannya jadi pilihan kita, sikapnya jadi rujukan kita.

analogi yang ngga mainstream itu dikaitkan dengan makanan, kenyang perut dan ide tertuangkan.. ya ga my fav writer, Mba Anna!

 

p.s : Have i found you, flightless bird?

Teman Perjalanan

Ketika kita berjalan berdampingan dengan seorang teman, seorang pasangan.. berbagi kata-kata manis, berbagi arti senyuman yang hanya dipahami keduanya, kita seolah merasa bahwa arah hidup kita telah tergapai dengan segera, dan selamanya ingin tetap berjalan bersama mereka.

Sementara itu.. di sisi lain, petualangan yang sama namun dijalani sendiri, terasa lebih panjang, lebih kedap suara, dan dalam beberapa bagian perjalanannya, bahkan terasa lebih sukar dilalui.

Sebagaimana hidup. Petualangannya jika dilalui sendiri terasa lebih lama, sukar dilalui, tidak berarti. Tapi ketika segalanya dibagi dengan yang terkasih dari seluruh kekasih, seketika hangat di hati. Jarak terasa lebih singkat, tujuan terasa lebih dekat.

Berjalanlah dengan ia, yang terkasih. Yang awal dari segala cipta dan cinta. Berjalanlah dengan ia; yang jika bukan karenanya, DIA tak akan menciptakan alam semesta, DIA tidak akan menciptakan perjalanan itu sendiri.

IMG_3491

Berjalalah bersamanya, menujuNYA; yang adalah Jalan, dan sekaligus Tujuan.

Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari dirimu sendiri. Berat dirasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keselamatan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [Al Taubah 128]

Jalan Kampus Dua

If people knew how far their words went when they hurt other people… if only they knew.

Have you ever thrown the ball to the wall and you underestimated your strength, and the ball ended up back to your face; made it bruises ?

That’s kind of hurtful words do. You think you’re just throwing them at someone’s face but really you’re launching them through their entire body, through their heart, slicing their heart into pieces. You bruise them.

entah saya yang terlalu sensitif atau bagaimana, bahkan cara seseorang melihat saya dengan matanya bisa menyakiti saya begitu rupa. dan terlebih lagi bukan hanya pandangan, ucapan yang menyakitkan bisa lebih melukai saya tanpa ampun.

***

Begitu merindukan teman-teman di rumah itu. Yang akan memeluk saya, “mari sini, pasti lelah seharian di kantor, minum teh dulu..” Ibu itu akan mengantarkan sendiri dengan tangannya aneka kue hidangan di piring ke hadapan saya, dan tak akan pergi sebelum saya mengambilnya. Mereka memasak dengan tangan dan uang mereka sendiri seluruh hidangan untuk para tamu yang sekian banyaknya itu..

“jangan datang dalam keadaan kenyang, datang kesini kapanpun sedang lapar, dan mohon jangan pulang sebelum kenyang..”

Ada berkah dari setiap makanan itu, makanan yang diolah oleh tangan-tangan yang paling lembut di rumah.. dimasak penuh pengkhidmatan. Pengkhidmatannya luar biasa.

Rindu mereka.

Dari sekian banyak orang-orang yang berlalu di sekitarmu, ada seleksi alam yang mengirimkan nama-nama terpilih kepada hatimu. Nama dari orang-orang yang akan menerima dirimu seutuhnya, bukan karena kamu apa atau siapa, karena dirimu saja. Your whole being . Mereka yang tidak akan mengkhianatimu.

Berikan penghormatan kepada mereka, kirimi mereka doa.

Can’t wait to see them tonight.

Teringat potongan lirik dari lagu karya Sunan Bonang yang dipopulerkan Pak Emha Ainun Nadjib; untuk mengobati hati yang luka, untuk mengobati hati yang rusak..

Tombo ati iku limo perkarane

Kaping pisan moco Qur’an lan maknane

Kaping pindo sholat wengi lakonono

Kaping telu wong kang sholeh kumpulono

Kaping papat kudu weteng ingkang luwe

Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe

Salah sawijine sopo bisa ngelakoni

Mugi-mugi gusti Allah nyembadani

.. salah satu obat hati adalah berkumpullah dengan orang-orang shalih ..

***

p.s : reading Osama’s index to calm my heart

  1. What in The Qur’an can help me?
  2. How do we know if God is actually good?
  3. How do I get closer to God?

Tumblr’s Nostalgia

If I am a cause of harm for my beloved, I will rip myself away. Love is putting the needs of another before one’s own. Everyone here claims love but means something else.

(Ali K. Ravary)

i remember how fun my life was knowing some great people from Tumblr.  One of my favorite user was Ali an Iranian living in Philadelphia. i was big fan of his poets, he’s such a Rumi of Tumblr! heheh. (i was his secret admirer, i followed his page and read his post everyday, but never even brave enough to speak a word to him, haha). Last week i visit his page but seemingly he also back to his real life, he stopped writing since last year.

life is so different since i left Tumblr and back to my real life, and i miss the great people i met on Tumblr. they are feel so real, honest and delightfully kind. and oh, i remember Joshim (maaan he deleted his blog?!), he’s very knowledgeable especially regarding Al Qur’an.

i miss people from Tumblr, some people in my real life are so fake.