There is an ancient Chinese belief which states that there is an invisible red thread that connects each of us to all of the individuals who have been, currently are, and will in the future be important to us in our lives.
This red thread can stretch, twist, and bend… but will never break.
-red thread
Tiba-tiba seorang teman mengirimi pesan.
“milt, ternyata teori serendipity dan red thread itu betul-betul ada!”
Kemudian dimulailah cerita panjang mengenai pertemuannya dengan seorang stranger di perjalanannya dari Jakarta menuju kota x di Timur Indonesia. Begitu manis. Dan saya akan menuliskannya sebagaimana aslinya cerita darinya.
** edited 03rd Dec**
(deleted story by request)
“Such a red thread that invisibly connects us. Ku pikir klo jodoh ketemu lagi. Aku salah gak milt? Andai akunya yang jadi cowok pasti aku samperin dan ngajak kenalan.”
intinya, mereka ketemu dari mulai Jakarta sampai kota itu beberapa kali.. dan saling senyum, tapi ga saling sapa. dan mereka ga bertukar kontak satu sama lain.
Silly as hell ya, ternyata anti klimaks banget!
Coba maaan, 2 orang asing udah hopeless ngga ketemu, taunya ketemu lagi 2 kali! Silly banget kalau ngga saling sapa ya?!
Kadang suka berfikir, dunia digital itu sudah mengubah cara kita bercakap. Kenapa saya merasa kita jadi singkuh berbicara dengan orang asing di kehidupan nyata, padahal kita seringkali bercakap dengan orang asing di media sosial, bahkan tanpa sungkan sampai twitwar kan?!
Sedangkan di kehidupan nyata, kita tidak sebegitunya. Di kereta, misalnya…dua penumpang perlu beberapa saat untuk kemudian saling menyapa karena keduanya tenggelam di layar masing-masing. Jika keadaan membaik dan saling menyapa, yang ditanya untuk saling mengenal adalah alamat social media, bukannya nomor telepon atau alamat rumah misalnya! 😀
Gregetan ngga sih mendengar kisah mereka. Teman saya itu histeris menyesali karena dirinya terlalu naif. Jika memang si cowo itu tertarik juga, and doing nothing saat itu, naif banget! Mereka akan menyesalinya. Mereka mungkin berfikirnya, ah jodoh ngga akan kemana, kalau jodoh ketemu lagi! Sayangnya Tuhanmu bukan biro jodoh. Begitu banyak orang-orang yang dihadirkan ke kehidupan kita, itulah jodoh pilihan, take them or leave them.
Akhirnya teman saya sedang mengusahakan plan B (caranya rahasia tapi), tapi saya berani bertaruh, bahwa ini akan sulit, dan kabar buruknya nanti bahwa mereka will remains stranger, tidak akan bertemu lagi, kecuali jika ada keajaiban yang sangat besar.
… Seperti ketika suatu saat.. di awal 2013…
Saya sedang berada di sebuah meja makan tenggelam dalam sebuah tugas kuliah, ketika seseorang ini (mungkin karena begitu tajam dan kuatnya energi yang dikirimkannya ketika menatap saya, haha!) saya tangkap sedang terpaku memandangi saya dari meja seberang. Matanya mengikuti kemana pun gerak saya sambil tersenyum yang assdfgkkgll entah apa namanya. Makanan di hadapannya sudah habis sejak beberapa saat sebelum ia memandangi saya.
Saya singkuh, apa ada yang salah dengan saya..? Tapi meski caranya semanis itu pun rasanya tidak nyaman ya dipandangi terus menerus, heheh. Akhirnya setelah lelah menunduk, saya menengadah dan memberikan senyum yang juga adhshddjfs kepadanya. Dan yang mengejutkan, dia malah menunduk.
???
Ketika saya tersenyum, dari sudut mata, nampak anak di sebelahnya (tampaknya adiknya) memberi isyarat agar dia segera menghampiri saya. Tapi dia tidak bergeming. Tak lama kemudian bapaknya (yang telah selesai shalat) kembali ke meja mereka. Si the guy ini, membuka tasnya dan mengambil sarung, mau shalat (yaaaay, manis banget kan itu! A guy yang secara style ngga ikhwan sama sekali tapi kemana mana bawa sarung! Dan manis banget itu cowo-cowo yang seusia gitu hangout sama bapaknya! hehe). Kemudian berdua adiknya melewati saya, dan cuma adiknya dong yang menyapa! “mba” sambil senyum, si the guy diam, dan saya ga berani liat wajah mereka.
Kembalinya mereka dari mushala, duduk kembali di meja mereka dan lagi menatap saya. Kali saya ini pasrah, menunduk saja! Who cares, ngga usah ada senyum-senyuman lagi! 5 menit kemudian saya menyadari mereka beranjak, menuju area parkir. Saya melihat mereka pergi, melihat punggungnya, dan si adik yang tampaknya (ini versi gr-nya!) confronting sikap diamnya sang kakak itu!
Beberapa detik sebelum dia memasuki kendaraannya, dia berbalik melihat ke arah saya tanpa senyum! Gahh! Meskipun kami tidak berbicara, dia tersenyum at his last glance would be better, i wouldn’t ask more, i can let go that we ever happened to meet. Tapi dengan wajah tanpa ekspresi itu, what did you expect man?
Setahun setelah itu, saya di kafe itu lagi, meskipun tidak dapat mengingat jelas wajahnya seandainya pun dia ada disana, tapi nampaknya dia tidak ada disana. You may say i’m way too mellodrama, haha! Lebih dari satu tahun hingga saya kemudian merelakan momen itu. Berhenti mengiriminya doa setiap habis shalat. Hanya sesekali jika ingat, mengirim al fatihah untuk mereka. Toh di akhirat nanti pasti bertemu.
***
So many people come into our life as blessings and as lessons to be learned. May you all be blessed with a meeting with beautiful strangers.

.. dan kau ada di antara miliaran manusia, dan kubisa dengan radarku menemukanmu – perahu kertas ..
p.s. berharap teman saya itu bertemu lagi dengan stranger Jakarta-Papuanya. fingercrossed! 🙂